makalah empati
EMPATIB. PENGERTIAN EMPATI
1. Empati
Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Sedangkan Eileen R. dan Sylvina S (Kompas, 18 Nop.2006) menjelaskan bahwa empati adalah kegiatan berpikir individu mengenai “rasa” yang dia hasilkan ketika berhubungan dengan orang lain.
Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai obyek manipulatif.
KONSEP EMPATI MENURUT AL QUR`AN, HADITS dan ULAMA
Menurut Al qur`an
Sebagi seorang manusia rasa empati sudah terkandung pada jiwanya. Lalu bagaimana seseorang itu mengaplikasikannya. Islam mengajarkan kepada kita unutuk bersikap empati, seperti harus memiliki rasa sifat pemurah, dermawan, saling membantu, tolong-menolong dan lainnya. Hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT:
و ما يفعلوا من خير فلن يكفروه و الله عليم بالمتقين
Artinya: “Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala) nya; dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 115)
وتعاونوا على البر و التقوى
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa” (QS. Al-Maidah: 2)
Menurut Hadits
Rasulullah SAW adalah orang yang terkenal memiliki empati yang begitu tinggi. Kalau beliau sedang menjadi imam shalat, beliau memendekkan bacaannya saat mendengar tangisan anak kecil yang merengek pada ibunya, atau ketika beliau tahu bahwa dalam jamaah shalat terdapat orang-orang tua.Sikap yang demikian tidak hanya untuk beliau, tetapi juga harus dimiliki oleh setiap umatnya. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam shalat, maka pendekkanlah bacaannya. Sebab, di antara mereka itu ada orang-orang yang lemah, sedang sakit, dan tua. Namun, apabila ia shalat sendirian, maka perpanjanglah sesukanya.'' (HR Jamaah).
Sayang, meski pendidikan tentang pentingnya empati telah lama dikenal, kita belum bisa menjalankan sepenuhnya. Buktinya, masih banyak di sekitar kita orang yang menderita kelaparan, balita kekurangan gizi, busung lapar, dan berbagai penderitaan lain yang biasa menyelimuti orang-orang miskin. Lebih menyedihkan lagi, sampai saat ini masih banyak kebijakan penguasa yang kurang memihak rakyat kecil. Padahal, sikap demikian inilah yang mendatangkan bencana bagi kita semua. Jika kita tajam dalam berempati, hal seperti itu tidak semestinya terjadi.
Rasulullah SAW bersabda, ''Jika orang-orang tidak lagi mempedulikan orang miskin, memamerkan kekayaannya, bertingkah seperti anjing (menjilat atasan, menendang bawahan), dan hanya mengeruk keuntungan, maka Allah mendatangkan empat perkara: paceklik, kezaliman penguasa, pengkhianatan penegak hukum, dan tekanan dari pihak musuh.'' (HR Ad-Dailami).
Untuk itu, belajarlah berempati. Sehingga, bukan hanya kasih sayang sesama yang dirasakan, tapi juga kasih sayang Allah. Rasulullah SAW memastikannya lewat sabda beliau, ''Orang-orang yang menyayangi sesamanya akan disayangi Allah.'' (HR Ahmad). Betapa nikmatnya jika kita termasuk golongan manusia yang disayangi Allah SWT.
Menurut Ulama
Sikap para elit, tokoh, ulama, da’i, muballigh, pemimpin dan guru yang lebih menyukai sesuatu yang berat dan minim jiwa empati dalam menjalankan dan menegakkan risalah kebenaran pada dasarnya tidak sesuai dengan sunnah, keluar dari teladan Rasulullah saw. Sikap demikian sesungguhnya lebih terkait dengan kejiwaan. Itulah sebabnya, seorang muslim dianjurkan untuk terus-menerus melakukan pembersihan hati, tazkiyah, agar memiliki jiwa yang bersih, dada yang lapang, dan hati yang dipenuhi rasa kasih dan sayang.
Jika ada benih-benih keinginan untuk mempersulit atau memperberat suatu perkara, hendaknya para da’i segera meminta perlindungan dari Allah, memperbaharui iman, dan mensucikan hati dari sifat dendam dan iri hati. Jauhkanlah diri dari tipu daya setan. Sesungguhnya kita memerlukan ruh dari langit sehingga dapat menempuh jalan dien ini dengan mudah. Hal itu dapat kita peroleh jika kita memenuhi rongga dada kita dengan sifat kasih sayang, terutama pada diri sendiri. Caranya, jangan memaksakan diri, tidak mengangkat beban di luar kemampuan kita yang sebenarnya. Jika terhadap diri sendiri, kita sudah bersikap kasih dan sayang, maka kepada orang lain juga kita kembangkan sikap yang sama. Kasih sayang itu akan mengarahkan kita kepada sikap yang menghormati kemampuan dan keterbatasan orang lain. Jika dengan semua orang kita harus bersikap empati termasuk dalam merealisasikan dan menyebarkan pemikiran dan pemahaman kita, maka dengan orang-orang terdekat yang kita kasihi seharusnya lebih sensitif dan peka dalam empati dan tidak asal memaksakan kehendak dan ego.
0 comments: