surplus produsen dan surplus konsumen
Surplus konsumen adalah perbedaan
antara kemauan konsumen membayar untuk suatu barang (willingness to pay) dengan harga yang sebenarnya. Untuk sebuah
buku teks, seorang konsumen konsumen tertentu bersedia bersedia membeli dengan
dengan harga 100.000 per buah sedangkan
harga di pasar adalah 50.000 per buah. Jika konsumen tersebut membeli buku teks
dengan harga 50.000 per buah, maka dia menikmati surplus konsumen sebesar
50.000. orang yang bersedia membeli buku teks seharga 200.000 per buah akan
menikmati surplus konsumen yang lebih tinggi lagi.
v Surplus konsumen : willingness to pay –
price
v 50.000 : 100.000 – 50.000
v 150.000 :200.000 – 50.000
Willingness to pay seorang
terhadap sebuah barang berkorelasi kuat dengan tingkat wealth-nya. Semakin tinggi
pendapatan seorang (cateris paribus) semakin tinggi willingness to pay-nya
terhadap suatu barang. Seorang yang keinginnya “kegirangan” karena membeli
sebuah produk yang murah mengindikasikan besarnya surplus konsumen
Kurva permintaan mencerminkan willingness
to pay konsumen terhadap suatu barang. Dan, secara grafis harga terbentuk dari
perpotongan antara kurva permintaan dengan kurva penawaran, maka surplus
konsumen bisa diukur dengan luasan area di bawah kurva permintaan dan diatas
diatas harga yang horizontal
Tingkat kesejahteraan produsen di ukur dengan
surplus produsen. Produsen tentu saja akan lebih senang jika harga produknya
tinggi. Oleh karena itu, surplus produsen di definiskan selisih harga produk di pasar dengan willingness to sell produsen untuk
produknya. Willingness to sell produsen untuk suatu barang dicerminkan
dengan kurva supply-nya . secara grafis, surplus produsen diukur dengan dengan
luas area sebesar p2ep*. Bagi seorang produsen, untuk sebuah barang, semakin
rendah willingness to sellnya (semakin efisien) semakin besar surplus produsen.
Untuk mengevaluasi total
kesejahteraan pelaku ekonomi, yaitu konsumen dan produsen, digunakan suatu
ukuran surplus total yaitu penjumlahan dari surplus konsumen dan surplus
produsen. Jika harga turun, surplus konsumen bertambah, tapi surplus produsen
berkurang. Sebaliknya jika harga naik, surplus, surplus konsumen berkurang,
tetapi surplus produsen bertambah. Jadi secara umum perubahan harga merupakan instrument
untuk mentransfer kesejahteraan dari konsumen ke produsen atau sebaliknya. Jika
harga naik, maka akan terjadi transfer surplus dari konsumen ke produsen .
sebaliknya jika harga turun akan terjadi transfer kesejahteraan dari produsen
ke konsumen .
Secara umum jarang penurunan
surplus pelaku ekonomi yang satu karena perubahan harga sama dengan pertambahan
surplusnya pelaku ekonomi lainnya. Dalam transfer surplus, prosesnya tidak
merupakan zero sum game. Artinya jika konsumen kehilangan surplus sebesar satu
satuam, produsen tidak mendapatak sebesar satu satuan, tetapi kurang dari satu.
Dalam kasus transfer surplus aka nada surplus yang hilang dari sistem. Jumlah surplus
yang hilang dalam proses transfer surplus dari konsumen ke produsen atau
sebaliknya di sebut deadweight loss. Secara standar deadwight loss adalah
bagian dari penurunan surplus konsumen yang tidak ditangkap oleh produsen
sebagai surplus produsen ataupun pemerintah sebagai pendapatan tariff
Thanks for your post
ReplyDelete