Negara dualisme sebuah catatan di akhir 2014
Angka dua menjadi angka yang paling popular
di Indonesia saat ini, dimulai dari pilpres dimana pemenang pilpres adalah
capres dengan urutan nomor 2 jokowidodo-jusuf kalla
Setelah pemilu berakhir DPR pun ikut
terpecah menjadi 2 antara koalisi KIH sebagai koalisi pendukung pemerintahan
dan KMP sebagai koalisi oposisisi. Masing-masing kubu seperti tidak ada yang saling
mengalah dan ingin memenangkan kelompoknya tanpa mempedulikan nasib rakyat yang
berada dibawah inilah primordialisme yang ditunjukan oleh para pejabat-pejabat
kita.
Tidak hanya di parlemen, dualisme juga
merambat ke partai politik. Konflik internal partai PPP (kubu M Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz) dan GOLKAR (antara kubu Abu Rizal Bakrie dengan
kubu Agung Laksono). seharusnya kedua partai tersebut dapat mengajarkan
demokrasi bagi kita semua karena kedua partai PPP dan GOLKAR yang notabene partai paling tua, justru jauh dari nilai
demokrasi.
Diakhir tahun terjadi lagi dualisme
gubernur DKI jakarta. KH Fachrurozi Ishaq mengkalim dirinya sebagai gubernur dan
sah karena didukung oleh 40 ribu rakyat yang hadir saat demonstrasi di bundaran
HI. Hal ini sebuah keanehan dan sejarah baru bagi dunia politik di Indonesia. Seseorang
mengaku dirinya gubernur tanpa mekanisme pemilu.
Tidak hanya di bidang politik di
bidang pendidikan pun terjadi dualism, setelah mendikbud melakukan penghentian
kurikulum 2013 pada 5 desember 2014. Mendikbud menginstruksikan untuk sekolah
yang sudah 3 semester menggunakan kurikulum 2013 untuk tetap melanjutkan,
sedangkan yang baru menerapkan kurikulum 2013 selama 1 semester diminta kembali
ke KTSP. Sehingga pada semester 2 mendatang pendidikan di Indonesia menjalankan
2 kurikulum sekaligus KTSP dan Kurikulum 2013
Dahulu PSSI sebagai induk organisasi sepak
bola Indonesia mengalami dualisme hasilnya kompetisi sepak bola nasional
terpecah dua ISL dan IPL dampaknya prestasi timnas kita merosot dan para pemain
menjadi korban, lalu dengan adanya dualisme pemerintahan/kebijakan siapakah yang dirugikan ? lupakah kita dengan
semboyan bhineka Tunggal Ika.
Keep posting broo
ReplyDeleteOke bos
Delete