Pengangguran Terdidik
PEMBAHASAN
A. Pengangguran terdidik di Indonesia.
Pengangguran
adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan sedangkan Pengangguran
terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para penganggur terdidik biasanya
dari kelompok masyarakat menengah keatas yang memungkinkan adanya jaminan
kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran terdidik sangat berkaitan
dengan masalah pendidikan di Negara berkembang pada umumnya, antara lain
berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan
pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang berkembang, pendidikan dipersiapkan
sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan
kerja yang ada. Dalam arti lain tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat
pengguna jasa pendidikan
Pengangguran
Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2013
|
||||
|
|
|
|
|
No.
|
Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan
|
2012
|
2013
|
|
Februari
|
Agustus
|
Februari
|
||
|
|
|
|
|
1
|
Tidak/belum
pernah sekolah
|
123213
|
82411
|
109865
|
2
|
Belum/tidak
tamat SD
|
590719
|
503379
|
513534
|
3
|
SD
|
1415111
|
1449508
|
1421653
|
4
|
SLTP
|
1716450
|
1701294
|
1822395
|
5
|
SLTA
Umum
|
1983591
|
1832109
|
1841545
|
6
|
SLTA
Kejuruan
|
990325
|
1041265
|
847052
|
7
|
Diploma
I,II,III/Akademi
|
252877
|
196780
|
192762
|
8
|
Universitas
|
541955
|
438210
|
421717
|
|
Total
|
7614241
|
7244956
|
7170523
|
Sumber: Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas) 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,
dan 2013
Berdasarkan
data dari BPS diatas jumlah pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup
tinggi, untuk jenjang universitas pada februari 2012 tercatat sebesar 541955
dan pada tahun 2013 tercatat sebesar 421717. Jumlah tersebut setiap tahunnya
akan selalu bertambah sebab setiap tahun universitas pasti akan meluluskan para
sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat
tertampung di dunia kerja, permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan
dengan pengangguran non terdidik justru lebih kompleks pengangguran terdidik
sebab pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja disektor non formal,
sedangkan pengangguran terdidik dengan bekal ilmu yang dimiliki menginginkan
bekerja disektor formal agar mendapat gaji tinggi dan prestise di tengah
masyarakat
B.
Penyebab
pengangguran terdidik
Pengangguran
terdidik di Indonesia di sebabkan oleh berbagai faktor diantaranya :
1. pemilihan jenis
pekerjaan yang diminati,para lulusan perguruan tinggi lebih
suka memilih untuk menunggu perkerjaan yang mereka rasakan cocok dengan
pendidikan mereka dan menolak untuk bekerja dibidang lain, terutama jika
bayarannya di bawah standar yang mereka inginkan
2. Sebagian besar perguruan tinggi
hanya terfokus untuk
melahirkan lulusan-lulusan sebagai pencari pekerjaan
dan bukan sebagai
pencipta lapangan pekerjaan.
Padahal sebagai lulusan yang siap bersaing, mereka juga
memerlukan keahlian lain di luar bidang
akademik yang mereka kuasai sehingga
memiliki nilai jual lebih dibandingkan
lulusan-lulusan lain.
3. Kurangnya
minat untuk berwirausaha, mayoritas sarjana bertujuan hanya mencari pekerjaan, bukan
menciptakan lapangan pekerjaan. Menjadi
seorang wirausaha adalah alternatif
yang bijaksana, selain dapat menciptakan
lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu
orang lain. Dan bila usahanya
maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat
membantulebih banyak orang
4. Kurikulum
yang diajarkan dibangku sekolah, kurikulum yang disusun di Indonesia cenderung
lebih condong ke ilmu sosial yang lebih mudah diselenggarakan dibandingkan ilmu
alam atau teknik yang sebenarnya lebih dibutuhkan di banyak perusahaan.
C.
Solusi
mengatasi pengangguran terdidik
Mengingat
besarnya proporsi pengangguran terdidik, maka perlunya reformasi pendidikan
untuk menciptakan keseimbangan antara output pendidikan dan keperluan tenaga
kerja, beberapa startegi diantaranya ;
1. Sebaiknya
pendidikan dasar dan menengah lebih diarahkan pada penguasaan ilmu-ilmu alam
dan teknologi mengingat pengangguran lulusan sekolah menegah sebagian besar
berasal dari jurusan ilmu-ilmu sosial yang tidak mempunyai akses ke kesempatan
kerja sektor modern
2. Subsidi-subsidi
untuk pendidikan menengah dan menengah atas sebaiknya dikurangi karena
mendorong surplus masyarakat berpendidikan, yang sebagian akan menjadi
menganggur.program ini juga meredistribusikan pendapatan kepada si kaya karena
tidak semua pelajar tersebut orang miskin, sehingga jika ingin membantu siswa
miskin yang pandai, lebih tepat dilakukan beasiswa
3. Focus
pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan situasi pasar. Jika terjadi kejenuhan
pada satu bidang, sebaiknya segera difokuskan ke bidang yang lain. misalnya
yang terjadi di Indonesia, ketika lulusan IKIP (institute keguruan ilmu
pendidikan) sudah berlimpah, beberapa ikip diubah menjadi universitas. Begitu
juga IAIN (Institut Agama Islam Negeri) menjadi STAIN (Sekolah tinggi Agama
Islam Negeri)
4. Seringkali
beberapa lulusan universitas yang bagus tidak mendapatkan pekerjaan di
bidangnya karena diskriminasi jenis kelamin atau etnis. Jika hal ini
berlangsung dalam jangka panjang, jenis kelamin atau etnis tertentu akan
menghindari jalur pendidikan tertentu dan berpotensi menjadi pengangguran,
sementara di sektor pekerjaan terjadi kelangkaan tenaga kerja: dua hal negatif
yang seharusnya saling mengisi dan menjadi hal positif. Karena itu upaya
demokratisasi gender dan etnis perlu didorong oleh pemerintah, meskipun hal ini
tidak akan bisa dilakukan dalam satu atau dua tahun
D.
Kewirausahaan
sebagai solusi mengatasi pengangguran terdidik
Kewirausahaan
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda
(creat new and
different) melalui berpikir
kreatif dan inovatif.
kondisi
Indonesia saat ini sangat menyedihkan karena jumlah entrepreneur di Indonesia
yang inovatif diperkirakan
baru sekitar 400
ribu atau hanya
0,18 persen dari jumlah penduduk Indonesia. ”Sementara
itu, di Singapura baru 7%
dan Amerika Serikat
11%. Menurut Kalla (2010),
sebuah negara akan mencapai kemakmuran
bila terdapat tidak
kurang dari 2%
dari populasi bangsa/negara
menjadi entrepreneur atau
wirausaha
Menumbuhkan
jiwa kewirausahaan merupakan pintu gerbang
dalam membentuk dan menumbuhkan
pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas
yang bermuara pada
terwujudnya kompetensi kerja
(Musry:1998). Oleh karena
itu, mencermati dinamika
kehidupan yang kian
kompetitif, peran Perguruan Tinggi dituntut untuk bisa
menciptakan ruang yang kondusif bagi
tumbuhnya spirit entrepreneurship dengan memperkuat mental dan mempertajam minat melalui proses
pembelajaran.
Ada 2
(dua) pendekatan yang
dapat dilakukan oleh
Perguruan tinggi dalam mengambil
peran tersebut yaitu:
Pertama, pendekatan Kultural.
Pendekatan kultural merupakan
sebuah unjuk kerja
yang dilakukan oleh
Perguruan tinggi dengan cara
menciptakan atmosfer yang
mendorong kepada sikap
mandiri bagi sivitas akademika. Hal tersebut dapat dicapai
melalui;
1. Mengembangkan
dan membiasakan unjuk kerja yang mengedepakan ide kreatif dalam
berpikir dan sikap mandiri
bagi mahasiswa dalam
proses pembelajaran (menekankan model latihan,
tugas mandiri, problem
solving, cara mengambil
keputusan, menemukan peluang,
dst),
2. Menanamkan sikap
dan perilaku jujur
dalam komunikasi dan bertindak
dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan
pembelajaran sebagai modal
dasar dalam membangun
mental entrepreneur pada
diri mahasiswa
3. Para praktisi
pendidikan juga perlu sharing dan
memberi support atas
komitmen pendidikan mental entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga
terkait dengan pelayanan bidang usaha yang
muncul di masyarakat
agar benar-benar berfungsi
dan benarbenar menyiapkan
kebijakan untuk mempermudah dan melayani masyarakat. Praktisi pendidikan penting juga menjalin
hubungan erat dengan dunia usaha agar
benar-benar terjadi proses learning by doing.
Kedua, pendekatan
Struktural. Pendekatan struktural
merupakan langkah strategis
yang dapat dilakukan
oleh Perguruan tinggi dalam
melembagakan entrepreneur. Hal
ini dapat dicapai
melalui;
1. Memasukkan matakuliah kewirausahaan
dalam setiap kurikulum
program studi-program studi
di perguruan tinggi
2. Menjalin
kerjasama dengan pelaku usaha mikro guna pengembangan kewirausahaan dalam
program pengabdian masyarakat
sebagai bentuk pelaksanaan
tri dharma perguruan
tinggi. Model ini
dapat diwujudkan juga sebagai
laboratorium kewirausahaan bagi
mahasiswa
Oleh
sebab itu jika perguruan tinggi dapat membangun jiwa wirausaha mahasiswanya,
maka setelah lulus nantinya para lulusan perguruan tinggi lebih berorientasi
menjadi job maker (wirausaha) bukan menjadi job seeker
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran
terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran terdidik disebabkan
oleh berbagai faktor diantaranya kurikulum yang tidak sesuai dengan dunia
kerja, lulusan lebih suka menunggu yang cocok bagi dirinya, lulusan yang tidak
memiliki jiwa wirausaha. Usaha untuk mengatasi pengangguran terdidik
diantaranya Perguruan Tinggi harus mampu menyesuaikan kurikulum dengan
kebutuhan dunia kerja, Perguruan Tinggi harus mampu mendidik mahasiswa untuk
memiliki jiwa wirausaha
B.
Saran
Pendidikan
Wirausaha haruslah di implementasikan di setiap jenjang pendidikan mulai dari
SD hingga Perguruan tinggi, karena cara berpikir/budaya Indonesia masih
berpikir bagaimana mencarai pekerjaan bukan bagaimana membuat lapangan kerja.
Jika setiap lulusan memiliki jiwa wirausaha maka mereka akan dapat menciptakan
lapangan kerja sehingga dapat menyerap pengangguran
Daftar
Pustaka
1. Simanjuntak
Payman J. 1985. “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Lembaga penerbit
fakultas ekonomi UI : jakarta
2. Hakim
Abdul. 2002. “Ekonomi Pembangunan”. Ekonoisia : Yogyakarta
3. Tukiran
dkk. 2007. “Sumber daya manusia tantangan masa depan”. Pustaka pelajar : yogyakarta
6. Bps.go.id
0 comments: