Pengangguran Terdidik

09:28:00 0 Comments



PEMBAHASAN
A.    Pengangguran terdidik di Indonesia.
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan sedangkan Pengangguran terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para penganggur terdidik biasanya dari kelompok masyarakat menengah keatas yang memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di Negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang berkembang, pendidikan dipersiapkan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2013





No.
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
2012
2013
Februari
Agustus
Februari





1
Tidak/belum pernah sekolah
123213
82411
109865
2
Belum/tidak tamat SD
590719
503379
513534
3
SD
1415111
1449508
1421653
4
SLTP
1716450
1701294
1822395
5
SLTA Umum
1983591
1832109
1841545
6
SLTA Kejuruan
990325
1041265
847052
7
Diploma I,II,III/Akademi
252877
196780
192762
8
Universitas
541955
438210
421717

Total
7614241
7244956
7170523

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013
Berdasarkan data dari BPS diatas jumlah pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup tinggi, untuk jenjang universitas pada februari 2012 tercatat sebesar 541955 dan pada tahun 2013 tercatat sebesar 421717. Jumlah tersebut setiap tahunnya akan selalu bertambah sebab setiap tahun universitas pasti akan meluluskan para sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja, permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non terdidik justru lebih kompleks pengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik dengan bekal ilmu yang dimiliki menginginkan bekerja disektor formal agar mendapat gaji tinggi dan prestise di tengah masyarakat
B.     Penyebab pengangguran terdidik
Pengangguran terdidik di Indonesia di sebabkan oleh berbagai faktor diantaranya :
1.      pemilihan  jenis  pekerjaan  yang  diminati,para lulusan perguruan tinggi lebih suka memilih untuk menunggu perkerjaan yang mereka rasakan cocok dengan pendidikan mereka dan menolak untuk bekerja dibidang lain, terutama jika bayarannya di bawah standar yang mereka inginkan
2.      Sebagian  besar perguruan  tinggi  hanya  terfokus  untuk  melahirkan  lulusan-lulusan  sebagai pencari  pekerjaan  dan  bukan  sebagai  pencipta  lapangan  pekerjaan.  Padahal  sebagai  lulusan yang siap bersaing, mereka juga memerlukan keahlian lain di  luar bidang akademik yang mereka kuasai  sehingga memiliki nilai jual lebih  dibandingkan lulusan-lulusan lain.
3.      Kurangnya minat untuk berwirausaha, mayoritas sarjana bertujuan hanya mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan.  Menjadi seorang  wirausaha adalah alternatif yang  bijaksana, selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu  orang lain. Dan bila usahanya  maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat membantulebih banyak orang
4.      Kurikulum yang diajarkan dibangku sekolah, kurikulum yang disusun di Indonesia cenderung lebih condong ke ilmu sosial yang lebih mudah diselenggarakan dibandingkan ilmu alam atau teknik yang sebenarnya lebih dibutuhkan di banyak perusahaan.



C.    Solusi mengatasi pengangguran terdidik
Mengingat besarnya proporsi pengangguran terdidik, maka perlunya reformasi pendidikan untuk menciptakan keseimbangan antara output pendidikan dan keperluan tenaga kerja, beberapa startegi diantaranya ;
1.      Sebaiknya pendidikan dasar dan menengah lebih diarahkan pada penguasaan ilmu-ilmu alam dan teknologi mengingat pengangguran lulusan sekolah menegah sebagian besar berasal dari jurusan ilmu-ilmu sosial yang tidak mempunyai akses ke kesempatan kerja sektor modern
2.      Subsidi-subsidi untuk pendidikan menengah dan menengah atas sebaiknya dikurangi karena mendorong surplus masyarakat berpendidikan, yang sebagian akan menjadi menganggur.program ini juga meredistribusikan pendapatan kepada si kaya karena tidak semua pelajar tersebut orang miskin, sehingga jika ingin membantu siswa miskin yang pandai, lebih tepat dilakukan beasiswa
3.      Focus pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan situasi pasar. Jika terjadi kejenuhan pada satu bidang, sebaiknya segera difokuskan ke bidang yang lain. misalnya yang terjadi di Indonesia, ketika lulusan IKIP (institute keguruan ilmu pendidikan) sudah berlimpah, beberapa ikip diubah menjadi universitas. Begitu juga IAIN (Institut Agama Islam Negeri) menjadi STAIN (Sekolah tinggi Agama Islam Negeri)
4.      Seringkali beberapa lulusan universitas yang bagus tidak mendapatkan pekerjaan di bidangnya karena diskriminasi jenis kelamin atau etnis. Jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang, jenis kelamin atau etnis tertentu akan menghindari jalur pendidikan tertentu dan berpotensi menjadi pengangguran, sementara di sektor pekerjaan terjadi kelangkaan tenaga kerja: dua hal negatif yang seharusnya saling mengisi dan menjadi hal positif. Karena itu upaya demokratisasi gender dan etnis perlu didorong oleh pemerintah, meskipun hal ini tidak akan bisa dilakukan dalam satu atau dua tahun

D.    Kewirausahaan sebagai solusi mengatasi pengangguran terdidik
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan  dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari  kewirausahaan  adalah  kemampuan  untuk  menciptakan  sesuatu  yang  baru  dan  berbeda  (creat  new  and  different)  melalui  berpikir  kreatif  dan  inovatif.
kondisi Indonesia saat ini sangat menyedihkan karena jumlah entrepreneur di  Indonesia  yang  inovatif  diperkirakan  baru  sekitar  400  ribu  atau  hanya  0,18  persen   dari jumlah penduduk Indonesia. ”Sementara itu, di    Singapura baru  7%   dan  Amerika  Serikat  11%.  Menurut  Kalla  (2010),  sebuah  negara  akan  mencapai  kemakmuran  bila  terdapat  tidak  kurang  dari  2%   dari  populasi  bangsa/negara  menjadi  entrepreneur  atau  wirausaha
Menumbuhkan jiwa  kewirausahaan  merupakan pintu  gerbang  dalam  membentuk dan menumbuhkan pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas  yang  bermuara  pada  terwujudnya  kompetensi  kerja  (Musry:1998).  Oleh  karena  itu,  mencermati  dinamika  kehidupan  yang  kian  kompetitif,  peran  Perguruan Tinggi dituntut untuk bisa menciptakan ruang yang  kondusif bagi tumbuhnya spirit  entrepreneurship  dengan memperkuat mental  dan mempertajam minat melalui proses pembelajaran.
Ada  2  (dua)  pendekatan  yang  dapat  dilakukan  oleh  Perguruan tinggi  dalam  mengambil  peran  tersebut  yaitu:  Pertama,  pendekatan  Kultural.  Pendekatan  kultural  merupakan  sebuah  unjuk  kerja  yang  dilakukan  oleh  Perguruan tinggi  dengan  cara  menciptakan  atmosfer  yang  mendorong  kepada  sikap  mandiri  bagi  sivitas akademika. Hal tersebut dapat dicapai melalui;
1.      Mengembangkan dan  membiasakan unjuk kerja yang  mengedepakan ide  kreatif dalam  berpikir dan  sikap  mandiri  bagi  mahasiswa  dalam  proses  pembelajaran  (menekankan model  latihan,  tugas  mandiri,  problem  solving,  cara  mengambil  keputusan,  menemukan  peluang,  dst),   
2.      Menanamkan  sikap  dan  perilaku  jujur  dalam  komunikasi dan bertindak dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan,  dan  pembelajaran  sebagai  modal  dasar  dalam  membangun  mental  entrepreneur  pada  diri  mahasiswa
3.      Para  praktisi  pendidikan  juga  perlu  sharing  dan  memberi  support  atas  komitmen  pendidikan  mental  entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga terkait dengan pelayanan bidang  usaha  yang  muncul  di  masyarakat  agar  benar-benar  berfungsi  dan  benarbenar menyiapkan kebijakan untuk mempermudah dan melayani masyarakat.  Praktisi pendidikan penting juga menjalin hubungan erat dengan dunia usaha  agar benar-benar terjadi proses learning by doing.
Kedua,  pendekatan  Struktural.  Pendekatan  struktural  merupakan  langkah  strategis  yang  dapat  dilakukan  oleh  Perguruan tinggi  dalam  melembagakan  entrepreneur.  Hal  ini  dapat  dicapai  melalui; 
1.      Memasukkan  matakuliah  kewirausahaan  dalam  setiap  kurikulum  program  studi-program  studi  di perguruan tinggi 
2.      Menjalin kerjasama dengan pelaku usaha mikro guna pengembangan  kewirausahaan  dalam  program  pengabdian  masyarakat  sebagai  bentuk  pelaksanaan  tri  dharma  perguruan  tinggi.  Model  ini  dapat  diwujudkan juga  sebagai  laboratorium  kewirausahaan  bagi  mahasiswa
Oleh sebab itu jika perguruan tinggi dapat membangun jiwa wirausaha mahasiswanya, maka setelah lulus nantinya para lulusan perguruan tinggi lebih berorientasi menjadi job maker (wirausaha) bukan menjadi job seeker










PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengangguran terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran terdidik disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kurikulum yang tidak sesuai dengan dunia kerja, lulusan lebih suka menunggu yang cocok bagi dirinya, lulusan yang tidak memiliki jiwa wirausaha. Usaha untuk mengatasi pengangguran terdidik diantaranya Perguruan Tinggi harus mampu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja, Perguruan Tinggi harus mampu mendidik mahasiswa untuk memiliki jiwa wirausaha

B.     Saran
Pendidikan Wirausaha haruslah di implementasikan di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga Perguruan tinggi, karena cara berpikir/budaya Indonesia masih berpikir bagaimana mencarai pekerjaan bukan bagaimana membuat lapangan kerja. Jika setiap lulusan memiliki jiwa wirausaha maka mereka akan dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menyerap pengangguran









Daftar Pustaka
1.       Simanjuntak Payman J. 1985. “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Lembaga penerbit fakultas ekonomi UI : jakarta
2.       Hakim Abdul. 2002. “Ekonomi Pembangunan”. Ekonoisia : Yogyakarta
3.       Tukiran dkk. 2007. “Sumber daya manusia tantangan masa depan”.  Pustaka pelajar : yogyakarta
6.       Bps.go.id

yulhan

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net