mahzab Austria (Guna Batas)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan
Engels mendapat banyak tanggapan dari para ekonom pada waktu itu, baik dari
kaum sosialis sendiri maupun dari kaum liberal-kapitalis. Pemikir-pemikir
ekonomi dari kaum liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok
pemikir ekonomi tersendiri yang disebut Mazhab Neo-Klasik. Karena analisis yang
dibuat Marx untuk meramal keruntuhan kaum kapitalis bertitik tolak dari nilai
kerja dan tingkat upah, maka para pakar neo-klasik mempelajari kembali secara
mendalam. Oleh W. Stanley Jevons, Leon Walras, Karl Menger dan Alfred Marshall
teori tersebut kembali dikaji. Kemudian mereka mendapat kesimpulan yang sama,
bahwa teori surplus value Marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang
nilai komoditas (modal). Dari kesimpulan ini mereka telah menghancurkan seluruh
bangunan teori sosialis yang dikembangkan oleh Marx dan Engels, dan
menyelamatkan sistem kapitalis dari kemungkinan krisis.
Ekonomi Mazhab Austria
adalah cabang ekonomi neo klasikal yang dibentuk di Wina (ibu kota Austria)
pada akhir abad ke 19 dan paruh pertama abad ke 20. Mazhab ini secara
keras menentang Marxisme - dan secara umum mengkritik penggunaan teori ekonomi
untuk membenarkan intervensi pemerintah di bidang ekonomi
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang telah disusun
penulis adalah sebagai berikut :
1. Siapa
saja Tokoh Mahzab Austria
2. Bagaimana
teori nilai subjektif
3. Bagaimana
teori pertanggungan mahzab Austria.
4. Bagaimana
teori pembagian fungsional.
5. Bagaimana
teori bunga agio Von Bohm Bawerk
6. Bagaimana
hubungan antara bunga chuluk dan bunga pasaran
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
pertanyaan-petanyaan yang telah terdapat pada rumusan masalah, maka dapat kita
lihat tujuannya, yakni:
1. Mengetahui
tokoh-tokoh Mahzab Austria
2. Mengetahui
hukum gossen dan pembentukan nilai
3. Mengetahui
teori pertanggungan dan teori pembagian fungsional
4. Mengetahui
teori bunga dan hubungan antara bunga chuluk dan bunga bank
D. Manfaat penulisan
1. Bagi
penyusun
Bagi penulis, makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah sejarah pembangunan ekonomi
dan mendapatkan pengetahuan mengenai pemikiran
mahzab Austria
2. Bagi
pembaca
Dari
makalah ini, pembaca mendapat informasi tentang teori-teori yang dihasilkan
oleh para tokoh mahzab Austria.
PEMBAHASAN
- Tokoh utama
Mazhab Austria
Terdapat
beberapa tokoh mahzab Austria diantaranya Karl Menger, Friedrich von Wieser, Eugen
von Bohm-Bawerk, Knut Wicksell :
- Karl Menger (1840-1921)
Karya utama karl
Menger adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1817). Dalam bukunya ia
mengembangkan teori utilitas marginal.
- Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utama Knut
Wicksell adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des Wirtschaftlichen
Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der Gesellschatlichen
Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas Menger
dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (Opportunity Cost).
- Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Karyanya adalah
Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of Capital (1889). Kontribusi
utamanya adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of Capital) dan
teori tentang tingkat suku bunga kemudian teori-teori mereka dikembangkan oleh
tokoh lain seperti knut Wiksel
- Knut Wicksell (1851-1926)
Ia berjasa dalam
mengasimilasikan analisis keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan
suku bunga Bohm-Bawerk menjadi teori distribusi. Dan pengembangan teori moneter
yang dihubungkan langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Karya
utamanya adalah Lectures on Political Economy (1901).
- Teori
Nilai Subjektif
Para pelopor teori nilai
subjektif adalah Herman Heinrich Gossen, Karl Menger, dan Von Bohm Bawerk.
Dalam teori nilai objektif dikemukakan bahwa suatu barang yang memiliki guna
pakai umum akan bernilai tinggi. Akan tetapi teori ini terbentur pada suatu
paradoks bahwa air yang mempunyai guna pakai tinggi, tetapi bernilai rendah,
sedangkan berlian/intan yang mempunyai guna pakai umum kecil, tetapi justru
bernilai tinggi. Paradox antinomi nilai ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh
ajaran klasik. Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai
berhubung dengan pemuasan kebutuhannya. Gambaran yang lebih jelas dapat kalian
ikuti analisis pemuasan kebutuhan menurut Hukum Gossen. Teori nilai menurut
Gossen terkenal dengan nama hukum Gossen I dan hukum Gossen II. Hukum Gossen I
berbunyi “ Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan
semakin lama semakin berkurang, dan pada suatu saat akan tercapai titik
kepuasan” Hukum Gossen I disebut hukum guna batas yang semakin menurun.
Bagaimana kenyataan hukum Gossen I tersebut dalam praktik? Hukum Gossen tidak
selalu berlaku tepat, karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Dalam
kenyataan hukum Gossen I masih mendapatkan kritikan:
- Tidak berlaku bagi pengisap madat, ganja, miras, obat
terlarang (narkoba) yang semakin banyak minum justru semakin merasakan
kenikmatan.
- Orang tidak selalu memuaskan satu macam kebutuhan
hingga mencapai kepuasan maksimal. Pada saat memuaskan telah mencapai
titik kepuasan tertentu akan menyusul kebutuhan lain yang harus dipuaskan
pula.
Untuk
menyempurnakan hukum pertama, Gossen menyusun analisisnya lebih lanjut .
Hasilnya adalah Hukum Gossen II, yang berbunyi “Manusia berusaha memuaskan
kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama
(harmonis).
Hukum
Gossen II oleh karl menger digunakan untuk
menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Pada umumnya seseorang akan menggunakan penghasilannya dengan sebaik-baiknya agar supaya kebutuhannya yang bermacam-macam dapat dipenuhi hingga tingkat kepuasan yang sama. Kebutuhan yang perlu di dahulukan misalnya, makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan baru kebutuhan sekunder seperti: rekreasi, hiburan, dan tabungan
menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Pada umumnya seseorang akan menggunakan penghasilannya dengan sebaik-baiknya agar supaya kebutuhannya yang bermacam-macam dapat dipenuhi hingga tingkat kepuasan yang sama. Kebutuhan yang perlu di dahulukan misalnya, makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan baru kebutuhan sekunder seperti: rekreasi, hiburan, dan tabungan
- Teori
Pertanggungan menurut Mahzab Austria
Seperti
halnya kaum Klasik dan Sosialis analisa mazhab Austria tentang pembentukan
harga diikuti oleh teori tentang pembagian hasil masyarakat. Untuk itu
dibedakan dua aliran , disisi Menger , Von Bohm Bawerk dan Von Weiser, yang
hendak menghitung nilai faktor-faktor produksi atas nilai barang jadi , dan pada
sisi yang lain aliran teori pembagian fungsional dari John Bates Clark, yang
menyatakan bahwa yang menentukan pembagian penghasilan itu adalah produktivitas
spesifik daripada satuan kerja atau modal yang ditambahkan terakhir.
Perbedaan
hakiki antara kedua aliran tersebut dalam teori subjektivitas dengan kaum
Klassik harus dicari dalam fakta, bahwa yang disebut terakhir menjabarkan nilai
barang jadi alat-alat produksi, sedangkan menurut yang pertama faktor-faktor
produksi memperoleh nilai dari barang jadi/akhir. Atau mendapatkan nilai
tafsiran –tafsiran dari konsumen. Dengan ini Karl Menger bermaksud membagi
barang dalam berbagai golongan , sesuai dengna jauhnya asing-masing dari
pemasaran kebutuhan terakhir. Barang-barang yang dapat serta merta dikonsumsi
(roti) merupakan barang-barang golongan pertama. Barang-barang yang diperlukan
untuk membuat barang-barang konsumsi (tepung) merupakan barang golongan kedua,
sedangkan alat-alat produksi yang diperlukan untuk embuat barang-barang kedua
(gandum ) disebut Menger barang-barang golongan ketiga.
Menurut mazhab Austria, semua alat
produksi dari golongan lebih tinngi, yang berturut-turut dan sambung menyambung
mempunyai guna yang sama bagi subjek ekonomi. Alat-alat produksi mempunyai guna
yang dirinci dari guna barang-barang konsumsi (menurut ahli ekonomi belanda
Beaujour: barang akhir ( final goods) yang memiliki guna spontan/serta merta.
Teori pertanggungan hendak memberi jawaban atas pertanyaan “ Dengan cara
bagaimana barang-barang golongan yang lebih tinggi mendapatkan nilai
barang-barang golongan pertama?” Hal ini sangat penting bagi ajaran nilai
subjektif. Oleh sebab itu kaum produsen dapat mengetahui nilai alat-alat
produksi mereka, sedangkan penghasilan mereka dari menawarkan faktor-faktor
produksi, demikian pula untuk para pekerja dan pemilik modal.
Perlunya
diadakan pembedaan antar pertanggungan teknis dan pertanggungan ekonomis .
pertanggungan teknis menyelidiki bagian mana dari nilai hasil yang diperoleh
dibuat dengan berbagai macam faktor produksi. Sedangkan pertanggungan ekonomis
adalah bagian mana nilai yang dihasilkan harus dipertanggungjawabkan atas
berbagai macam faktor produksi. Von Thunen juga mempelajari masalah ini, yang
menjadi pangkal penelitiannya adalah hukum teknis dari kelebihan hasil yang
semakin berkurang dan hukum subtitusi.
Menurut
hukum kelebihan hasil yang semakin berkurang penambahan padasalah satu faktor
produksi dalam organisasi alat-alat produksi yang tetap , membuat hasil akhir
bertambah akan tetapi dalam jumlah yang lebih kecil daripada pertambahan yang
sama besarnya sebelumnya. Menurut hukum subtitusi semua faktor produksi yang
kualitatif satu macam akan mendapatkan upah yang sama, sementara pada pihak
lain hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang mengakibatkan setiap kuantum
yang ditambahkan pada satu faktor member hasil lebih kurang, artinya meminta
harga yang lebih rendah. Sehingga Van Thunen mengambil kesimpulan “ Harga
pemakaian modal ada hubungannya dengan guna, demikian pula kerja”
Van
Bohm- Bawerk berusaha untuk memecahkan masalah pertanggungan tersebut.
Seandainya hanya ada satu faktor produksi saja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang, maka pertanggungan itu tidak akan menimbulkan masalah.
Masalah baru timbul karena banyak faktor produksi atau alat pelengkap yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang. Dalam hal ini perlu kerjasama diantara
barang pelengkap untuk mencapai suatu dayaguna. Van Bohm-Bawerk membedakan ada
tiga kemungkinan yaiutu:
a. Barang-barang
tidak terdapat diluar pasangannya dan tidak dapat diganti secara ekonomis.
b. Barang-barang
dapat dipakai diluar pasangannya, tetapi tidak dapat diganti.
c. Barang-barang
dapat dipakai diluar pasangannya dan dapat diganti.
Hans
Mayer mengembangkan teori weiser bahwa tidaklah tepat berpacu pada satu barang
yang selesai diketahui, tetapi selanjutnya ex
post memperhitungkan harga faktor produksi sendiri-sendiri. Padalah dalam
praktik hanya berlaku sebaliknya. Orang menyelidiki dengan bantuan harga yang
diketahui, dan harus mengkombinasikan alat-alat produksi tersebut, serta
menentukan berapa banyak barang jadi harus dibuat. Disinilah harus memberikan
pedoman untuk disposisi yang rasional atas faktor produksi dengan menetapkan
bagaimana arti relativenya untuk usaha kemakmuran. Ini dapat terjadi jika
seseorang menggunakan bantuan persamaan stimultan dalam menentukan perbandingan
nilai dan alat-alat produksi. Jika seseorang berhasil menentukan perbandingan
jumlah berbagai faktor produksi yang ditambahkan terakhir, maka menurut Meyer
seorang akan mengetahui berapa besarnya sumbangan seluruh faktor produksi dalam
menghasilkan barang jadi.
Mayer
memberikan ilustrasi dalam pembuatan rumah. Rumah dapat dibuat dengan berbagai
cara dan berbagai macam banyak bahan. Misalnya dengan menggunakan batu kali,
batu bata merah, dengan tenaga terdidik dan dengan tenaga tidak terdidik,
dengan balok besi atau dengan baol kayu. Dengan cara kerja dan bahan yang
berbeda maka akan berbeda pula nilai rumah itu, sehingga dapat ditentukan
berapa jumlah guna yang hilang dengan memakai cara, alat produksi, yang satu
sebagai ganti alat produksi yang lainnya.
Alat-alat produksi Asli
|
Batu Bata Merah
|
Buruh terdidik
|
Balok Besi
|
Barang Pengganti
|
Batu Alam
|
Buruh tak terdidik
|
Balok kayu
|
Guna yang hilang
|
5
|
3
|
2
|
Nilai yang dipertanggungjawabkan
|
50
|
30
|
20
|
Jumlah Guna Rumah: 10
Kerugian
akan kegunaan yang diketahui dengan metode persamaan simultan ini, tidak
menggambarkan guna alat produksi, akan tetapi suatu angka perbandingan yang
dapat dipakai untuk menghitung nilai alat produksi.
- Teori Pembagian
Yang Fungsional
John
Btes Clark dengan teori pembagiannya berada diantara Austria dan aliran Anglo
Amerika teorinya dengan teori subjektif terletak dalam hal bahwa ia menganggap
penawaran faktor produksi, kerja atau modal sebagai variable yang diketahui,
sedangkan mazhab Anglo Amerika permintaan dan penawaran keduanya berbeda.
Clark
membedakan pembagian personal dan fungsional dari produksi masyarakat.
Pembagian personal : yang dipentingkan adalah pendapatan yang diterima oleh
masing-masing individu dan pembagian fungsional orang menganalisa pendapatan
yang menjadi bagian berbagai faktor produksi yang dipikirkan secara abstrak.
Menurut clark mendasarkan pada keadaan yang stasioner ialah keadaan dimana
masyarakat, kebutuhan, modal, teknologi, organuisasi perusahaan, pengetahuan,
kapasitas produksi) tidak terpengaruh oleh perubahan. Sementara keadaan dinamis
menjelaskan bahwa variable-variabel
diatas memeng berubah, namun Clark mendasarkan analisanya pada keadaan
yang stasioner yang disederhanakan. Keadaan bukanlah keadaan yang tenang,
tetapi perputaran ekonomi berjalan dengan tanpa mengalami perubahan atau
mobility without motion yang dapat disamakan dengan perjalanan kereta api
selama peraturan waktu perjalanan tidak berubah.
Dalam
masyarakat stationer hanya terdapat dua faktor produksi saja ( kerja dan modal)
dan faktor alam termauk faktor modal. Kedua faktor ini sangat tidak jelas
bentuknya dan selalu bergerak. Dalam permulaan distribution of whealth Clark
menguraikan dan berusaha membuktikan bahwa: faktor produksi yaitu tenaga kerja
dan modal memperoleh pendapatan nilai yang ditambahkan kepada barang yang
dihasilkan dengan sumbangannya dalam proses produksi. Jika tidak demikian maka
masyarakat kita akan berdasarkan institutional robbery( perampokan kelembagaan)
yang akan melenyapkan setiap dasar hukum dari hak milik. Clark berusaha
menunjukkan pembenaran ekonomis dan etis dari pembagian pendapatan nasional
atas faktor produksi dalam masyarakat.
Sehubungan
dengan hukum pertambahan hasil yang semakin
berkurang, tidak hanya jumlah hasil yang ditambahi oleh tiap-tiap unit berikut,
yang akan menjadi lebih sedikit dari sebelumnya. Dalam masyarakat satationer
hasil teknis dari hasil nilai teknis akan salaing menutupi biarpun satuan ini
adalah cipataan yang dalam kenyataan tidak ada. Jumlah hasil yang diakibatkan
penambahan pekerja terakhir disebut batas/marginal. Dan produktivitas spesifik
dari kerja menetapkan upah. Artinya nilai hasil batas menentukan upah pekerja
yang terakhir dipekerjakan. Perubahan hasil berhubungan dengan perubahan yang
tak terhingga kecilnya dalam
faktor tenaga kerja yang dipakai. Menurut hukum subtitusi semua bagian
kualitatif yang sama dari faktor produksi yang sama akan mendapatkan upah yang
sama. Sehingga upah semua buruh ditetapkan tersendiri oleh produktivitas
spesifik dari buruh marginal (batas)
Suatu
pembagian yang agak tetap dari pendapatan nasional atas faktor produksi kerja
dan modal dalam perbandinagn 3:1. Sehingga jika dalam suatu Negara terdapat
relative banyak tenagakerja dan relative sedikit modal, maka persediaan modal
yang relative sedikit akan mendapat ¼ dari pendapatan nasional. Atau tingkat
bunga akan relative tinggi. Bila modal bertambah , maka jumlah seluruh modal
akan mendapatkan pembagian yang sama dari pendapatan masyarakat. Ini artinya
tingkat bunga akan turun.
Maka
hal ini menunjukkan kepada kita bahwa konsep kehidupan ekonomi Clark tidak
realistis, tidak dapat dipergunakan untuk membela keadaan masyarakat yang
nyata. Berhubung faktor produksi dalam keadaan yang nyata tidak sampaii tak
terhingga dapat dibagi, secara matematis tidak dapat dideferensiasikan berarti
produksi marginal tidak dapat dilukiskan sebagai hasil yang diferensial. Namun
jika alat-alat produksi tidak terpakai semuanya, maka ucapan Clark bahwa
faktor-faktor produksi mendapat sumbangan produksi marginalnya sebagai
penggantian kerugian mejadi goyah. Bila suatu pbrik berkerja dengan tenaga yang
berlebihan, maka John aurice Clark menentang ayahnya sendiri (John Bates
Clark), pekerja yang terakhir ditambahkan, semua pekerja akan memperoleh segena
nilai yang dihasilkan mereka. Jika
mereka mendapat hasil marginal kerja mereka dengan leaving nothing for the
owners but a deficit. ‘ kerja dan modal sangatlah mobile , membawa kita semakin
jauh dari keadaan kehidupan ekonomi yang sebenarnya. Namun demikian gagasan
Clark tersebut tetap akan dicatat dalam literature ekonomi sebagai contoh
analisa yang sangat baik, walaupun sangat disayangkan ia menodai pekerjaannya
itu, dengan tidak adanya pembedaan yang tegas dari ssesuatu yang diinginkan
politik dan analisa ekonomi.
- Teori bunga teori
Agio Von Bohm Bawerk
Disamping
ajaran pertanggungan, teori von Bohm Bawerk merupakan salah satu ajaran yang
sangat terkenal dalam ajaran nilai subjektivitas bunga menurutnya adalah agio
tiap satuan waktu dari nilai yang diberikan kepada pemakaian sekarang atas
pemakaian kelak suatu barang. Ada tiga alasan mengapa subjek ekonomi memberikan
nilai lebih pada pemakaian sekarang dibandingkan kelak pada barang yang sama
Pertama,
perbedaan dalam perbandingan antara kebutuhan dan alat-alat pemuas kebutuhan
dalam beberapa waktu. Kebanyakan orang mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan
kelak
Kedua,
seseorang secara sistematis menilai rendah untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang
Ketiga,
barang-barang sekarang dipandang dari sisi teknis memang lebih baik untuk
pemuas kebutuhan, daripada barang-barang kelak, karena menjamin guna batas yang
lebih tinggi daripada yang terkahir
Alasan pertama dan kedua merupakan
alasan yang lemah sebab karyawan tidak menghabiskan semua gajinya pada saat
menerima gaji dan adanya tabungan pada bank dan asuransi, subjek ekonomi umunya
menaruh perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan kelak.
Produksi
dengan bantuan barang-barang modal merupakan produk kapitalistik atau produksi
menyimpang (roun about production) dan menurut von bohm bawerk produksi ini
akan semakin banyak memberi keuntungan jika penyimpangan produksi semakin
panjang. Atau jumlah produk tergantung pada jumlah kerja dan panjangnya penyimpangan
jalan yang ditempuh.
Tidak hanya produktivitas teknik
saja yang naik karena perpanjangan penyimpangan produksi, akan tetapi juga
produktivitas ekonomi. Bunga timbul jika barang-barang sekarang ditukarkan
dengan barang-barang kelak. Bunga itu sebagian dari harga yang dibayar orang
untuk barang-barang sekarang. Von Bohm Bawerk juga menyelidiki tentang
tingginya bunga, maka dianalisa lebih lanjut permintaan dan penawaran
barang-barang sekarang dan kelak. Oleh karena itu besarnya bunga merupakan
titik keseimbangan dipasaran penukaran barang-barang sekarang dan barang-barang
kelak.
Barang-barang sekarang merupakan subsistenz-mittefonds dan seluruh
kekayaan perekonomian bangsa, kecuali tanah. Dana ini dipergunakan untuk
pemeliharaan para pekerja selama beberapa waktu yang diperlukan untuk barang
komoditi sekarang. Para pengusaha kapitalis meminta barang-barang kelak dan
menawarkan barang-barang sekarang. Sehubungan dengan keadaan keadaan
keseimbangan dimasukanlah semua pekerja dalam proses produksi, maka pemakaian
produksi yang paling rasional akan bersamaan jatuhnya absorpsi timbal balik
dari dana upah dan modal yang ditawarkan.
Kedudukan bunga ditetapkan oleh
keuntungan yang menjadi bagian penguasaha kepitalis dan keseimbangan,
keuntungan dibagi rata alat-alat subsistensi dalam menentukan prosentase
tingkat bunga. Dengan teori Agio Von Bohm Bawerk berusaha menerangkan bagaimana
dapat timbul perbedaan diantara nilai barang jadi dan nilai faktor produksi.
Pengusaha menjual barang jadi sebagai barang sekarang dan membeli alat-alat
produksi dengan harga yang lebih rendah daripada barang-barang kelak.
Pertukaran diantara subjek ekonomi dikuasai oleh taksiran-taksiran nilai
subjektif dari para penukar. Sementara M. Tugan Baranowsky tidak menyangkal hal
diatas, namun dia berpendapat bahwa dalam soal pembagian, dimana kelas-kelas
sosial saling berhadapan, kawan-kawan sepenukaran itu dalam pertukaran barang
tidak perlu harus tergolong dalam batas-batas sosial yang berbeda, akan tetapi
sifat yang hakiki dari masalah pertukaran adalah diantara kedua belah pihak ada
perbedaan sosial. Seandainya pendapat Tugan Baranowsky diakui, tidak berarti
hilangnya pengaruh hukum harga dalam kehidupan perekonomian masyarakat.
- Bunga chuluk dan
bunga pasaran
Seorang ahli ekonomi berasal dari
swedia John Gustav knut Wicksell (1851-1926) menyelidiki teori agio secara
mendalam dan sangat berpengaruh dalam teori konjungtur modern. Menurutnya
besarnya bunga bunga biasa/chuluk adalah sama dengan bunga yang terjadi dalam
suatu masyarakat tanpa uang, pada titik keseimbangan permintaan akan
barang-barang modal dan penwaran penghematan-penghematan yang dihitung
berdasarkan barang-barang. Yaitu sebagai penukaran barang-barang sekarang
terhadap barang-barang kelak. Bunga ini ditaksirkan kasar sama dengan
keuntungan yang diharapkan atas modal baru yang dipakai. Jadi bunga sama dengan
pertambahan nilai yang terjadi sebagai akibat perpanjangan produksi.
Disamping bunga chuluk terdapat pula
bunga bank, yaitu bunga yang diminta oleh bank-bank dalam memberikan kredit
kepada nasabahnya. Bunga bank dapat dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah
dari bunga chuluk/biasa. Jika bunga bank lebih rendah daripada bunga chuluk,
maka permintaan kredit akan bertambah. Perluasan kredit ini akan berakibat
naiknya harga barang. Sebaliknya jika bunga bank lebih tinggi daripada bunga
chuluk, maka tingkat harga akan turun. Jika bank memberikan kredit dengan suku
bunga di bawah bunga chuluk, maka proses-proses produksi akan memberikan
keuntungan. Akibatnya orang akan mengambil penyimpangan produksi yang lebih
panjang. Namun sebaliknya jika bank memberikan kredit dengan suku bunga diatas
bunga chuluk, berarti besarnya dana alat-alat subsistensi terlalu tinggi
nilainya, sehingga orang akan memperpendek produksi (barang-barang konsumsi
akan lebih banyak daripada barang modal. David ricardo menyatakan “jika bunga
bank ditetapkan lebih rendah dari bunga chuluk maka volume uang beredar akan
besar “
PENUTUP
A.Kesimpulan
- Menurut teori nilai sunjektif Analisis nilai suatu
barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan
kebutuhannya
- Menurut mahzab Austria semua alat-alat produksi dari
golongan yang lebih tinggi berturut-turut dan sambung menyambung mempunyai
yang sama bagi subjek ekonomi
- subjek ekonomi memberikan nilai lebih
pada pemakaian sekarang dibandingkan kelak pada barang yang sama
- perbedaan
dalam perbandingan antara kebutuhan dan alat-alat pemuas kebutuhan dalam
beberapa waktu
- seseorang
secara sistematis menilai rendah untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang
- barang-barang
sekarang dipandang dari sisi teknis memang lebih baik untuk pemuas
kebutuhan, daripada barang-barang kelak, karena menjamin guna batas yang
lebih tinggi daripada yang terkahir
Daftar Pustaka
- Sihono Teguh.2008. perkembangan pemikiran ekonomi.
- Deliarnov.2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Rajawalipers :Jakarta
0 comments: