mahzab Austria (Guna Batas)

09:07:00 0 Comments

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari para ekonom pada waktu itu, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari kaum liberal-kapitalis. Pemikir-pemikir ekonomi dari kaum liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikir ekonomi tersendiri yang disebut Mazhab Neo-Klasik. Karena analisis yang dibuat Marx untuk meramal keruntuhan kaum kapitalis bertitik tolak dari nilai kerja dan tingkat upah, maka para pakar neo-klasik mempelajari kembali secara mendalam. Oleh W. Stanley Jevons, Leon Walras, Karl Menger dan Alfred Marshall teori tersebut kembali dikaji. Kemudian mereka mendapat kesimpulan yang sama, bahwa teori surplus value Marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas (modal). Dari kesimpulan ini mereka telah menghancurkan seluruh bangunan teori sosialis yang dikembangkan oleh Marx dan Engels, dan menyelamatkan sistem kapitalis dari kemungkinan krisis.
Ekonomi Mazhab Austria adalah cabang ekonomi neo klasikal yang dibentuk di Wina (ibu kota Austria) pada akhir abad ke 19 dan paruh pertama abad ke 20.  Mazhab ini secara keras menentang Marxisme - dan secara umum mengkritik penggunaan teori ekonomi untuk membenarkan intervensi pemerintah di bidang ekonomi
B.     Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah yang telah disusun penulis adalah sebagai berikut :
1.      Siapa saja Tokoh Mahzab Austria
2.      Bagaimana teori nilai subjektif
3.      Bagaimana teori pertanggungan mahzab Austria.
4.      Bagaimana teori pembagian fungsional.
5.      Bagaimana teori bunga agio Von Bohm Bawerk
6.      Bagaimana hubungan antara bunga chuluk dan bunga pasaran
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan pertanyaan-petanyaan yang telah terdapat pada rumusan masalah, maka dapat kita lihat tujuannya, yakni:
1.      Mengetahui tokoh-tokoh Mahzab Austria
2.      Mengetahui hukum gossen dan pembentukan nilai
3.      Mengetahui teori pertanggungan dan teori pembagian fungsional
4.      Mengetahui teori bunga dan hubungan antara bunga chuluk dan bunga bank
D.    Manfaat penulisan
1.      Bagi penyusun     
Bagi penulis, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah sejarah pembangunan ekonomi  dan mendapatkan pengetahuan mengenai pemikiran mahzab Austria
2.      Bagi pembaca       
Dari makalah ini, pembaca mendapat informasi tentang teori-teori yang dihasilkan oleh para tokoh mahzab Austria.














                                                                PEMBAHASAN
  1. Tokoh utama Mazhab Austria
Terdapat beberapa tokoh mahzab Austria diantaranya Karl Menger, Friedrich von Wieser, Eugen von Bohm-Bawerk, Knut Wicksell :
  1. Karl Menger (1840-1921)
Karya utama karl Menger adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1817). Dalam bukunya ia mengembangkan teori utilitas marginal.
  1. Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utama Knut Wicksell adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas Menger dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (Opportunity Cost).
  1. Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Karyanya adalah Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of Capital (1889). Kontribusi utamanya adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of Capital) dan teori tentang tingkat suku bunga kemudian teori-teori mereka dikembangkan oleh tokoh lain seperti knut Wiksel
  1. Knut Wicksell (1851-1926)
Ia berjasa dalam mengasimilasikan analisis keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm-Bawerk menjadi teori distribusi. Dan pengembangan teori moneter yang dihubungkan langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Karya utamanya adalah Lectures on Political Economy (1901).
  1. Teori Nilai Subjektif
Para pelopor teori nilai subjektif adalah Herman Heinrich Gossen, Karl Menger, dan Von Bohm Bawerk. Dalam teori nilai objektif dikemukakan bahwa suatu barang yang memiliki guna pakai umum akan bernilai tinggi. Akan tetapi teori ini terbentur pada suatu paradoks bahwa air yang mempunyai guna pakai tinggi, tetapi bernilai rendah, sedangkan berlian/intan yang mempunyai guna pakai umum kecil, tetapi justru bernilai tinggi. Paradox antinomi nilai ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh ajaran klasik. Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan kebutuhannya. Gambaran yang lebih jelas dapat kalian ikuti analisis pemuasan kebutuhan menurut Hukum Gossen. Teori nilai menurut Gossen terkenal dengan nama hukum Gossen I dan hukum Gossen II. Hukum Gossen I berbunyi “ Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang, dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan” Hukum Gossen I disebut hukum guna batas yang semakin menurun. Bagaimana kenyataan hukum Gossen I tersebut dalam praktik? Hukum Gossen tidak selalu berlaku tepat, karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Dalam kenyataan hukum Gossen I masih mendapatkan kritikan:

  1. Tidak berlaku bagi pengisap madat, ganja, miras, obat terlarang (narkoba) yang semakin banyak minum justru semakin merasakan kenikmatan.
  2. Orang tidak selalu memuaskan satu macam kebutuhan hingga mencapai kepuasan maksimal. Pada saat memuaskan telah mencapai titik kepuasan tertentu akan menyusul kebutuhan lain yang harus dipuaskan pula.
Untuk menyempurnakan hukum pertama, Gossen menyusun analisisnya lebih lanjut . Hasilnya adalah Hukum Gossen II, yang berbunyi “Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama (harmonis).
Hukum Gossen II oleh karl menger digunakan untuk
menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Pada umumnya seseorang akan menggunakan penghasilannya dengan sebaik-baiknya agar supaya kebutuhannya yang bermacam-macam dapat dipenuhi hingga tingkat kepuasan yang sama. Kebutuhan yang perlu di dahulukan misalnya, makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan baru kebutuhan sekunder seperti: rekreasi, hiburan, dan tabungan

  1. Teori Pertanggungan menurut Mahzab Austria
Seperti halnya kaum Klasik dan Sosialis analisa mazhab Austria tentang pembentukan harga diikuti oleh teori tentang pembagian hasil masyarakat. Untuk itu dibedakan dua aliran , disisi Menger , Von Bohm Bawerk dan Von Weiser, yang hendak menghitung nilai faktor-faktor produksi atas nilai barang jadi , dan pada sisi yang lain aliran teori pembagian fungsional dari John Bates Clark, yang menyatakan bahwa yang menentukan pembagian penghasilan itu adalah produktivitas spesifik daripada satuan kerja atau modal yang ditambahkan terakhir.
Perbedaan hakiki antara kedua aliran tersebut dalam teori subjektivitas dengan kaum Klassik harus dicari dalam fakta, bahwa yang disebut terakhir menjabarkan nilai barang jadi alat-alat produksi, sedangkan menurut yang pertama faktor-faktor produksi memperoleh nilai dari barang jadi/akhir. Atau mendapatkan nilai tafsiran –tafsiran dari konsumen. Dengan ini Karl Menger bermaksud membagi barang dalam berbagai golongan , sesuai dengna jauhnya asing-masing dari pemasaran kebutuhan terakhir. Barang-barang yang dapat serta merta dikonsumsi (roti) merupakan barang-barang golongan pertama. Barang-barang yang diperlukan untuk membuat barang-barang konsumsi (tepung) merupakan barang golongan kedua, sedangkan alat-alat produksi yang diperlukan untuk embuat barang-barang kedua (gandum ) disebut Menger barang-barang golongan ketiga.
            Menurut mazhab Austria, semua alat produksi dari golongan lebih tinngi, yang berturut-turut dan sambung menyambung mempunyai guna yang sama bagi subjek ekonomi. Alat-alat produksi mempunyai guna yang dirinci dari guna barang-barang konsumsi (menurut ahli ekonomi belanda Beaujour: barang akhir ( final goods) yang memiliki guna spontan/serta merta. Teori pertanggungan hendak memberi jawaban atas pertanyaan “ Dengan cara bagaimana barang-barang golongan yang lebih tinggi mendapatkan nilai barang-barang golongan pertama?” Hal ini sangat penting bagi ajaran nilai subjektif. Oleh sebab itu kaum produsen dapat mengetahui nilai alat-alat produksi mereka, sedangkan penghasilan mereka dari menawarkan faktor-faktor produksi, demikian pula untuk para pekerja dan pemilik modal.
Perlunya diadakan pembedaan antar pertanggungan teknis dan pertanggungan ekonomis . pertanggungan teknis menyelidiki bagian mana dari nilai hasil yang diperoleh dibuat dengan berbagai macam faktor produksi. Sedangkan pertanggungan ekonomis adalah bagian mana nilai yang dihasilkan harus dipertanggungjawabkan atas berbagai macam faktor produksi. Von Thunen juga mempelajari masalah ini, yang menjadi pangkal penelitiannya adalah hukum teknis dari kelebihan hasil yang semakin berkurang dan hukum subtitusi.
Menurut hukum kelebihan hasil yang semakin berkurang penambahan padasalah satu faktor produksi dalam organisasi alat-alat produksi yang tetap , membuat hasil akhir bertambah akan tetapi dalam jumlah yang lebih kecil daripada pertambahan yang sama besarnya sebelumnya. Menurut hukum subtitusi semua faktor produksi yang kualitatif satu macam akan mendapatkan upah yang sama, sementara pada pihak lain hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang mengakibatkan setiap kuantum yang ditambahkan pada satu faktor member hasil lebih kurang, artinya meminta harga yang lebih rendah. Sehingga Van Thunen mengambil kesimpulan “ Harga pemakaian modal ada hubungannya dengan guna, demikian pula kerja”
Van Bohm- Bawerk berusaha untuk memecahkan masalah pertanggungan tersebut. Seandainya hanya ada satu faktor produksi saja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang, maka pertanggungan itu tidak akan menimbulkan masalah. Masalah baru timbul karena banyak faktor produksi atau alat pelengkap yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Dalam hal ini perlu kerjasama diantara barang pelengkap untuk mencapai suatu dayaguna. Van Bohm-Bawerk membedakan ada tiga kemungkinan yaiutu:
a.       Barang-barang tidak terdapat diluar pasangannya dan tidak dapat diganti secara ekonomis.
b.      Barang-barang dapat dipakai diluar pasangannya, tetapi tidak dapat diganti.
c.       Barang-barang dapat dipakai diluar pasangannya dan dapat diganti.

Hans Mayer mengembangkan teori weiser bahwa tidaklah tepat berpacu pada satu barang yang selesai diketahui, tetapi selanjutnya ex post memperhitungkan harga faktor produksi sendiri-sendiri. Padalah dalam praktik hanya berlaku sebaliknya. Orang menyelidiki dengan bantuan harga yang diketahui, dan harus mengkombinasikan alat-alat produksi tersebut, serta menentukan berapa banyak barang jadi harus dibuat. Disinilah harus memberikan pedoman untuk disposisi yang rasional atas faktor produksi dengan menetapkan bagaimana arti relativenya untuk usaha kemakmuran. Ini dapat terjadi jika seseorang menggunakan bantuan persamaan stimultan dalam menentukan perbandingan nilai dan alat-alat produksi. Jika seseorang berhasil menentukan perbandingan jumlah berbagai faktor produksi yang ditambahkan terakhir, maka menurut Meyer seorang akan mengetahui berapa besarnya sumbangan seluruh faktor produksi dalam menghasilkan barang jadi.
Mayer memberikan ilustrasi dalam pembuatan rumah. Rumah dapat dibuat dengan berbagai cara dan berbagai macam banyak bahan. Misalnya dengan menggunakan batu kali, batu bata merah, dengan tenaga terdidik dan dengan tenaga tidak terdidik, dengan balok besi atau dengan baol kayu. Dengan cara kerja dan bahan yang berbeda maka akan berbeda pula nilai rumah itu, sehingga dapat ditentukan berapa jumlah guna yang hilang dengan memakai cara, alat produksi, yang satu sebagai ganti alat produksi yang lainnya.
Alat-alat produksi Asli       
Batu Bata Merah
Buruh terdidik   
Balok Besi
Barang Pengganti        
Batu Alam
Buruh tak terdidik
Balok kayu

Guna yang hilang
5
3
2
 Nilai yang dipertanggungjawabkan
50
30
20

Jumlah Guna Rumah: 10
Kerugian akan kegunaan yang diketahui dengan metode persamaan simultan ini, tidak menggambarkan guna alat produksi, akan tetapi suatu angka perbandingan yang dapat dipakai untuk menghitung nilai alat produksi.
  1. Teori Pembagian Yang Fungsional
John Btes Clark dengan teori pembagiannya berada diantara Austria dan aliran Anglo Amerika teorinya dengan teori subjektif terletak dalam hal bahwa ia menganggap penawaran faktor produksi, kerja atau modal sebagai variable yang diketahui, sedangkan mazhab Anglo Amerika permintaan dan penawaran keduanya berbeda.
Clark membedakan pembagian personal dan fungsional dari produksi masyarakat. Pembagian personal : yang dipentingkan adalah pendapatan yang diterima oleh masing-masing individu dan pembagian fungsional orang menganalisa pendapatan yang menjadi bagian berbagai faktor produksi yang dipikirkan secara abstrak. Menurut clark mendasarkan pada keadaan yang stasioner ialah keadaan dimana masyarakat, kebutuhan, modal, teknologi, organuisasi perusahaan, pengetahuan, kapasitas produksi) tidak terpengaruh oleh perubahan. Sementara keadaan dinamis menjelaskan bahwa variable-variabel   diatas memeng berubah, namun Clark mendasarkan analisanya pada keadaan yang stasioner yang disederhanakan. Keadaan bukanlah keadaan yang tenang, tetapi perputaran ekonomi berjalan dengan tanpa mengalami perubahan atau mobility without motion yang dapat disamakan dengan perjalanan kereta api selama peraturan waktu perjalanan tidak berubah.
Dalam masyarakat stationer hanya terdapat dua faktor produksi saja ( kerja dan modal) dan faktor alam termauk faktor modal. Kedua faktor ini sangat tidak jelas bentuknya dan selalu bergerak. Dalam permulaan distribution of whealth Clark menguraikan dan berusaha membuktikan bahwa: faktor produksi yaitu tenaga kerja dan modal memperoleh pendapatan nilai yang ditambahkan kepada barang yang dihasilkan dengan sumbangannya dalam proses produksi. Jika tidak demikian maka masyarakat kita akan berdasarkan institutional robbery( perampokan kelembagaan) yang akan melenyapkan setiap dasar hukum dari hak milik. Clark berusaha menunjukkan pembenaran ekonomis dan etis dari pembagian pendapatan nasional atas faktor produksi dalam masyarakat.
Sehubungan dengan hukum pertambahan  hasil yang semakin berkurang, tidak hanya jumlah hasil yang ditambahi oleh tiap-tiap unit berikut, yang akan menjadi lebih sedikit dari sebelumnya. Dalam masyarakat satationer hasil teknis dari hasil nilai teknis akan salaing menutupi biarpun satuan ini adalah cipataan yang dalam kenyataan tidak ada. Jumlah hasil yang diakibatkan penambahan pekerja terakhir disebut batas/marginal. Dan produktivitas spesifik dari kerja menetapkan upah. Artinya nilai hasil batas menentukan upah pekerja yang terakhir dipekerjakan. Perubahan hasil berhubungan dengan perubahan yang tak        terhingga kecilnya dalam faktor tenaga kerja yang dipakai. Menurut hukum subtitusi semua bagian kualitatif yang sama dari faktor produksi yang sama akan mendapatkan upah yang sama. Sehingga upah semua buruh ditetapkan tersendiri oleh produktivitas spesifik dari buruh marginal (batas)
Suatu pembagian yang agak tetap dari pendapatan nasional atas faktor produksi kerja dan modal dalam perbandinagn 3:1. Sehingga jika dalam suatu Negara terdapat relative banyak tenagakerja dan relative sedikit modal, maka persediaan modal yang relative sedikit akan mendapat ¼ dari pendapatan nasional. Atau tingkat bunga akan relative tinggi. Bila modal bertambah , maka jumlah seluruh modal akan mendapatkan pembagian yang sama dari pendapatan masyarakat. Ini artinya tingkat bunga akan turun.
Maka hal ini menunjukkan kepada kita bahwa konsep kehidupan ekonomi Clark tidak realistis, tidak dapat dipergunakan untuk membela keadaan masyarakat yang nyata. Berhubung faktor produksi dalam keadaan yang nyata tidak sampaii tak terhingga dapat dibagi, secara matematis tidak dapat dideferensiasikan berarti produksi marginal tidak dapat dilukiskan sebagai hasil yang diferensial. Namun jika alat-alat produksi tidak terpakai semuanya, maka ucapan Clark bahwa faktor-faktor produksi mendapat sumbangan produksi marginalnya sebagai penggantian kerugian mejadi goyah. Bila suatu pbrik berkerja dengan tenaga yang berlebihan, maka John aurice Clark menentang ayahnya sendiri (John Bates Clark), pekerja yang terakhir ditambahkan, semua pekerja akan memperoleh segena nilai yang dihasilkan   mereka. Jika mereka mendapat hasil marginal kerja mereka dengan leaving nothing for the owners but a deficit. ‘ kerja dan modal sangatlah mobile , membawa kita semakin jauh dari keadaan kehidupan ekonomi yang sebenarnya. Namun demikian gagasan Clark tersebut tetap akan dicatat dalam literature ekonomi sebagai contoh analisa yang sangat baik, walaupun sangat disayangkan ia menodai pekerjaannya itu, dengan tidak adanya pembedaan yang tegas dari ssesuatu yang diinginkan politik dan analisa ekonomi.
  1. Teori bunga teori Agio Von Bohm Bawerk
Disamping ajaran pertanggungan, teori von Bohm Bawerk merupakan salah satu ajaran yang sangat terkenal dalam ajaran nilai subjektivitas bunga menurutnya adalah agio tiap satuan waktu dari nilai yang diberikan kepada pemakaian sekarang atas pemakaian kelak suatu barang. Ada tiga alasan mengapa subjek ekonomi memberikan nilai lebih pada pemakaian sekarang dibandingkan kelak pada barang yang sama
Pertama, perbedaan dalam perbandingan antara kebutuhan dan alat-alat pemuas kebutuhan dalam beberapa waktu. Kebanyakan orang mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan kelak
Kedua, seseorang secara sistematis menilai rendah untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang
Ketiga, barang-barang sekarang dipandang dari sisi teknis memang lebih baik untuk pemuas kebutuhan, daripada barang-barang kelak, karena menjamin guna batas yang lebih tinggi daripada yang terkahir
            Alasan pertama dan kedua merupakan alasan yang lemah sebab karyawan tidak menghabiskan semua gajinya pada saat menerima gaji dan adanya tabungan pada bank dan asuransi, subjek ekonomi umunya menaruh perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan kelak.
Produksi dengan bantuan barang-barang modal merupakan produk kapitalistik atau produksi menyimpang (roun about production) dan menurut von bohm bawerk produksi ini akan semakin banyak memberi keuntungan jika penyimpangan produksi semakin panjang. Atau jumlah produk tergantung pada jumlah kerja dan panjangnya penyimpangan jalan yang ditempuh.
            Tidak hanya produktivitas teknik saja yang naik karena perpanjangan penyimpangan produksi, akan tetapi juga produktivitas ekonomi. Bunga timbul jika barang-barang sekarang ditukarkan dengan barang-barang kelak. Bunga itu sebagian dari harga yang dibayar orang untuk barang-barang sekarang. Von Bohm Bawerk juga menyelidiki tentang tingginya bunga, maka dianalisa lebih lanjut permintaan dan penawaran barang-barang sekarang dan kelak. Oleh karena itu besarnya bunga merupakan titik keseimbangan dipasaran penukaran barang-barang sekarang dan barang-barang kelak.
            Barang-barang sekarang merupakan subsistenz-mittefonds dan seluruh kekayaan perekonomian bangsa, kecuali tanah. Dana ini dipergunakan untuk pemeliharaan para pekerja selama beberapa waktu yang diperlukan untuk barang komoditi sekarang. Para pengusaha kapitalis meminta barang-barang kelak dan menawarkan barang-barang sekarang. Sehubungan dengan keadaan keadaan keseimbangan dimasukanlah semua pekerja dalam proses produksi, maka pemakaian produksi yang paling rasional akan bersamaan jatuhnya absorpsi timbal balik dari dana upah dan modal yang ditawarkan.
            Kedudukan bunga ditetapkan oleh keuntungan yang menjadi bagian penguasaha kepitalis dan keseimbangan, keuntungan dibagi rata alat-alat subsistensi dalam menentukan prosentase tingkat bunga. Dengan teori Agio Von Bohm Bawerk berusaha menerangkan bagaimana dapat timbul perbedaan diantara nilai barang jadi dan nilai faktor produksi. Pengusaha menjual barang jadi sebagai barang sekarang dan membeli alat-alat produksi dengan harga yang lebih rendah daripada barang-barang kelak. Pertukaran diantara subjek ekonomi dikuasai oleh taksiran-taksiran nilai subjektif dari para penukar. Sementara M. Tugan Baranowsky tidak menyangkal hal diatas, namun dia berpendapat bahwa dalam soal pembagian, dimana kelas-kelas sosial saling berhadapan, kawan-kawan sepenukaran itu dalam pertukaran barang tidak perlu harus tergolong dalam batas-batas sosial yang berbeda, akan tetapi sifat yang hakiki dari masalah pertukaran adalah diantara kedua belah pihak ada perbedaan sosial. Seandainya pendapat Tugan Baranowsky diakui, tidak berarti hilangnya pengaruh hukum harga dalam kehidupan perekonomian masyarakat.
  1. Bunga chuluk dan bunga pasaran
            Seorang ahli ekonomi berasal dari swedia John Gustav knut Wicksell (1851-1926) menyelidiki teori agio secara mendalam dan sangat berpengaruh dalam teori konjungtur modern. Menurutnya besarnya bunga bunga biasa/chuluk adalah sama dengan bunga yang terjadi dalam suatu masyarakat tanpa uang, pada titik keseimbangan permintaan akan barang-barang modal dan penwaran penghematan-penghematan yang dihitung berdasarkan barang-barang. Yaitu sebagai penukaran barang-barang sekarang terhadap barang-barang kelak. Bunga ini ditaksirkan kasar sama dengan keuntungan yang diharapkan atas modal baru yang dipakai. Jadi bunga sama dengan pertambahan nilai yang terjadi sebagai akibat perpanjangan produksi.
            Disamping bunga chuluk terdapat pula bunga bank, yaitu bunga yang diminta oleh bank-bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya. Bunga bank dapat dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dari bunga chuluk/biasa. Jika bunga bank lebih rendah daripada bunga chuluk, maka permintaan kredit akan bertambah. Perluasan kredit ini akan berakibat naiknya harga barang. Sebaliknya jika bunga bank lebih tinggi daripada bunga chuluk, maka tingkat harga akan turun. Jika bank memberikan kredit dengan suku bunga di bawah bunga chuluk, maka proses-proses produksi akan memberikan keuntungan. Akibatnya orang akan mengambil penyimpangan produksi yang lebih panjang. Namun sebaliknya jika bank memberikan kredit dengan suku bunga diatas bunga chuluk, berarti besarnya dana alat-alat subsistensi terlalu tinggi nilainya, sehingga orang akan memperpendek produksi (barang-barang konsumsi akan lebih banyak daripada barang modal. David ricardo menyatakan “jika bunga bank ditetapkan lebih rendah dari bunga chuluk maka volume uang beredar akan besar “
                                                                    PENUTUP

A.Kesimpulan
  1. Menurut teori nilai sunjektif Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan kebutuhannya
  2. Menurut mahzab Austria semua alat-alat produksi dari golongan yang lebih tinggi berturut-turut dan sambung menyambung mempunyai yang sama bagi subjek ekonomi
  3.  subjek ekonomi memberikan nilai lebih pada pemakaian sekarang dibandingkan kelak pada barang yang sama
  • perbedaan dalam perbandingan antara kebutuhan dan alat-alat pemuas kebutuhan dalam beberapa waktu
  • seseorang secara sistematis menilai rendah untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang
  • barang-barang sekarang dipandang dari sisi teknis memang lebih baik untuk pemuas kebutuhan, daripada barang-barang kelak, karena menjamin guna batas yang lebih tinggi daripada yang terkahir








Daftar Pustaka
  1.  Sihono Teguh.2008. perkembangan pemikiran ekonomi.
  2. Deliarnov.2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Rajawalipers :Jakarta





yulhan

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net