Kondisi Pertanian Indonesia

19:32:00 0 Comments




Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar luas lahannya yang digunakan untuk sektor pertanian kurang lebih 74,52% dari keseluruhan lahan di Indonesia. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur seperti Pulau Jawa yang dikelilingi gunung berapi sehingga cocok untuk daerah pertanian, Pulau Kalimantan kondisi tanahnya lebih bagus untuk kegiatan perkebunan. Selain itu adanya faktor iklim tropis juga menunjang semua kegiatan pertanian di Indonesia. Mantan presiden Indonesia, Ir.Soekarno dalam salah satu pidatonya menyebutkan “ Hidup matinya sebuah negara, ada ditangan sektor pertanian negeri tersebut”. Sektor pertanian seharusnya dapat menunjang Indonesia untuk lebih maju.namun potensi pertanian yang begitu besar hingga saat ini belum mampu menyejahterakan rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan pertanian Indonesia dihadapkan berbagai permasalahan  diantaranya:
Pertama sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin, ditinjau dari tingkat pendidikan formal yang ditempuh petani, terlihat bahwa masing-masing petani memiliki tingkat dan lama pendidikan yang beragam, bahkan ada yang tidak tamat SD. Lama pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh masing-masing adalah 12 tahun atau setara dengan tingkat SMU.
Kedua lahan pertanian terus menyusut, hal ini berbanding terbalik dengan Negara-negara di eropa, amerika Serikat, Brazil yang setiap tahun lahan pertanian justru meluas. Masalah sengketa lahan pertanian terjadi di Sumatra dan Jawa. Persoalan tanah menjadi lebih kompleks ketika banyak petani menjual tanahnya kepada pengusaha-pengusaha besar. Ketegangan sosial terjadi karena adanya ketimpangan kepemilikan lahan pertanian di Indonesia. Ironisnya, pemerintah pun turut memberikan lahan-lahan pertanian yang besar kepada pengusaha.
Ketiga tekanan globalisasi pasar dan liberalisasi perdagangan, Dampak arus globalisasi dalam bidang pertanian ditandai dengan masuknya produksi pertanian impor yang relatif murah karena diproduksi dengan cara efisien dan pemberian subsidi yang besar pada petani di negara asalnya, produk tersebut membanjiri pasar-pasar domestik di Indonesia. Gejala perdagangan bebas ditandai dengan mengalirnya beras, gula, kedele, jagung, ayam potong dari beberapa negara tetangga ke dalam negeri, Praktek perdagangan bebas yang cenderung menghilangkan perlakukan non-tariff barrier telah berdampak besar terhadap sektor pertanian Indonesia, baik di tingkat mikro (usahatani) maupun di tingkat makro (nasional-kebijakan). Di tingkat mikro, liberalisasi perdagangan ini sangat terkait dengan efisiensi, produktivitas dan skala usaha. Sedangkan di tingkat makro, kebijakan pemerintah sangat diperlukan untuk melindungi petani produsen dan masyarakat konsumen. Pada kenyataannya kelompok negara maju lebih berhasil dalam mengamankan petaninya agar tetap bergairah untuk berproduksi. Sementara negara-negara berkembang seperti indonesia relatif kurang berhasil memproteksi petani (produsen) dan masyarakat (konsumen).
Keempat Terbatasnya akses layanan usaha, terutama dibidang permodalan, kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai Rp 20 Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi.
Meskipun Indonesia memiliki potensi pertanian sangat besar namun hingga saat ini  sektor pertanian belum mampu mensejahterakan petani maupun masyarakat Indonesia hal ini disebabkan sektor pertanian kurang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, lemahnya kualitas SDM petani dan kurangnya kepercayaan masyarakat dalam negeri untuk mengkonsumsi hasil produksi petani.

yulhan

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net